PENDAHULUAN
Gambar 01 berikut ini adalah formulir surat order pembelian
Gambar 2 : Faktur Penjualan
Gambar 3 : Laporan Penerimaan Bahan
Gambar 4 : Memo Debit
Gambar 5 : Laporan Pengiriman Bahan
Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi akibat pembelian dan pemakaian dicatat dalam buku jurnal sebagai berikut :
1. Pembelian bahan baku
a. Metode Perpektual
Persediaan Bahan baku Rp. XX
Kas/hutang dagang Rp. XX
b. Metode Fisik
Pembelian bahan baku Rp. XX
Kas/Hutang dagang Rp. XX
2. Pemakaian Bahan Baku
a. Metode Perpektual
Barang dalam proses biaya bahan baku Rp. XX
Persediaan bahan baku Rp. XX
b. Metode fisik
Tidak dijurnal, karena pemakaian bahan baku dapat diketahui apabila persediaan akhir bahan
baku sudah diketahui pada akhir periode
Contoh :
PT. Lembayung merupakan perusahan industri yang bergerak dalam bidang pembuatan
tempe yang mempunyai data persediaan bahan baku berupa :
Kacang kedele kualitas A pada tanggal 1 Agustus 2005 terdiri dari :
- 5000 Kg. @Rp.2.000,- = Rp.10.000.000,-
- 7000 Kg. @Rp. 2.050,- = Rp.14.350.000,-
Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan agustus 2005 adalah sebagai
berikut :
Agustus 5, Pembelian 10.000 Kg @Rp.2.100
7, Pemakaian 6.000 Kg
12, Pemakaian 9.000 Kg
19, Pembelian 12.000 Kg @Rp.2.000,-
20, Pemakaian 7.500 Kg
Berdasarkan contoh soal diatas, dapat dikerjakan dengan metode :
1. Metode Perpektual
KARTU PERSEDIAAN
Metode : MPKP
Jadi harga pokok bahan baku yang dipakai untuk proses produksi sebesar Rp.46.390.000,-
Metode : MTKP
Jadi harga pokok bahan baku yang dipakai untuk proses produksi sebesar Rp.46.700.000,-
Metode : Rata-Rata Bergerak
Jadi harga pokok bahan baku yang dipakai untuk proses produksi sebesar Rp.46.374.150,-
2. Metode Fisik
a. Metode MPKP
Perhitungan harga pokok persediaan akhir bahan baku :
- 11.500 Kg @Rp.2.060 =Rp.23.690.000,-
Jadi harga pokok bahan baku yang dipakai untuk proses produksi dihitung sebagai berikut :
Persediaan awal :
-5.000 Kg @Rp.2.000,- =Rp.10.000.000,-
-7.000 Kg @Rp.2.050,- =Rp.14.350.000,-
Rp.24.350.000,-
Pembelian :
- 5 Agustus 10.000 Kg @Rp.2.100,- =Rp.21.000.000,-
- 19Agustus 12.000 Kg @Rp.2.060,- =Rp.24.720.000,-
Rp.45.720.000,-
=============
Bahan baku siap diproduksi Rp.70.070.000,-
Persediaan akhir Bahan baku (Rp.23.690.000,-)
=============
Harga pokok bahan baku yang diproduksi Rp.46.380.000,-
b. Metode MTKP
Perhitungan harga pokok persediaan akhir bahan baku :
-5.000 Kg @Rp.2.000,- =Rp.10.000.000,-
-6.500 Kg @Rp 2.050,- =Rp 13.325.000,-
=============
Rp 23.325.000,-
Jadi harga pokok bahan baku yang dipakai untuk proses produksi dihitung sebagai berikut:
Persediaan awal bahan baku Rp 24.350.000,-
Pembelian total Rp 45.720.000,-
=============
Bahan baku siap diproduksi Rp 70.070.000,-
Persedian akhir bahan baku (Rp 23.350.000,-)
=============
Harga pokok bahan baku yang diproduksi Rp 46.645.000,-
c. Metode Rata-Rata Bergerak
Perhitungan harga pokok persediaan akhir bahan baku :
Perhitungan harga pokok rata-rata:
Persediaan awal 5.000 Kg @Rp 2.000,- = Rp 10.000.000,-
7.000 Kg @Rp 2.050,- = Rp 14.350.000,-
Pembelian 5 Agustus 10.000 Kg@Rp.2.100,- = Rp.21.000.000,-
19Agustus 12.000Kg @Rp.2.060,- = Rp.24.720.000,-
======== =============
34.000.Kg Rp.70.070.000,-
Harga pokok rata-rata per kg =Rp.70.070.000,- : 34 Kg =Rp.2.060,88/kg
Jadi harga pokok persediaan akhir bahan baku sebesar :
11.500 Kg @Rp.2.060,88 =Rp.23.700.120,-
Jadi harga pokok bahan baku yang dipakai untuk proses produksi adalah sebagai berikut :
Persediaan awal bahan baku Rp 24.350.000,-
Pembelian total Rp 45.720.000,-
=============
Bahan baku siap diproduksi Rp 70.070.000,-
Persedian akhir bahan baku (Rp 23.700.120,-)
=============
Harga pokok bahan baku yang diproduksi Rp 46.369.880,-
4. Laporan Ikhtisar persediaan bahan baku
Contoh Formuler Kartu Persediaan adalah sbb :
Dari catatan saldo kartu persediaan, kemudian dibuat Laporan Persediaan Bahan Baku. Adapun contoh format Laporan Persediaan Bahan baku adalah sebagai berikut :
Rangkuman.
Pengelolaan Kartu Pesediaan Bahan Baku perlu dan penting untuk memberikan pelayanan sebai mungkin kepada pelanggan, dalam memproduksi dengan efisien. Agar berhasil secara efektif dalam mengelola persediaan bahan baku perlu dikembangkan suatu sistim yang terpadu dan terkoordinasi dengan baik.
Untuk mencapai hasil yang efektif dalam pengelolaan persediaan bahan baku, perlu adanya prosedur pengelolaan kartu persediaan bahan baku, peralatan yang digunakan, dokumen sumber serta pengelompokan persediaan bahan baku yang sesuai dengan identitas masing-masing jenis.
1. Prosedur Pengelolaan Kartu Persediaan Bahan Baku
Prosedur pengelolaan kartu persediaan bahan baku pada umumnya merupakan suau kegiatan yang dilakukan secara rutin di perusahaan manufaktur dalam rangka mengelola persediaan bahan baku secara efektif dan efisien. Adapun proses pengellolaan kartu persediaan bahan baku seperti berikut ini: (1) Bahan baku yang dibeli, selain dicatat di akun persediaan bahan baku, juga dicatat pada akun pembantu “Kartu Persediaan Bahan Baku” Dokumen sumber yang digunakan dalam proses pengellolaan ini adalah (a) Order Pembelian (lihat gambar no:01); (b) Faktur dari Pemasok.(lihat gambar no: 02) ; (c) Laporan Penerimaan Barang (lihat gambar no: 03) ; (2) Bahan baku yang dikembalikan karena tidak sesuai/rusak, perlu dicatat di kartu perdediaan bahan baku, sebagai pengurang persediaan bahan baku. Dokumen sumber yang digunakan untuk mencatat transaksi ini adalah (a) Laporan pengiriman barang (lihat gambar no: 04); (b) Memo Debit (lihat gambar no: 05). (3) Pengeluaran/Pemakaian Bahan Baku, juga selain dicatat pada akun persediaan bahan baku, perlu dicatat pada akun pembantu kartu persediaan bahan baku, sebagai pengurang persediaan bahan baku.. Dokumen sumber yang digunakan adalah: “Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Bukti ini digunakan oleh bagian Kartu Persediaan untuk mencatat berkurangnya kuantitas dan harga pokok persediaan bahan baku karena pemakaian intern.
Berdasarkan kerangan tersebut di atas, maka data transaksi yang menyangkut perubahan (penambahan dan pengurangan) persediaan bahan baku yang dicatat pada kartu persediaan bahan baku meliputi :
Contoh formulir dokumen sumber :Gambar 01 berikut ini adalah formulir surat order pembelian
Gambar 2 : Faktur Penjualan
Gambar 3 : Laporan Penerimaan Bahan
Gambar 4 : Memo Debit
Gambar 5 : Laporan Pengiriman Bahan
Rangkuman
Proses pengelolaan kartu persediaan bahan baku yang diuraikan pada bagian pertama dirancang untuk perusahan Industri sebagai modal. Oleh karena itu hal hal yang diperhatikan dalam proses pengelolaan kartu persediaan bahan baku terdiri dari jaringan prosedur sebagai berikut :
1. prosedur pencatatan pembelian persediaan bahan baku
2. proses pencatatan pengembalian persediaan bahan baku ke pemasok
3. proses pencatatan persediaan bahan baku yang dikeluarkan/dipakai dalam proses produksi
Dalam proses pembalian bahan baku selain dicatat pada akun persediaanbahan baku juga dicatat diakun pembantu persediaan yang disebut kartu persediaan bahan baku berdasarkan dokumen sumber ; order pembelian, faktur dari pemasok, dan laporan penerimaan bahan.
Bahan baku yang dibeli setelah diteliti, ternyata ada yang tidak sesuai/ rusak akan dikembalikan ke pemasok/ penjual. Proses pengembalian bahan ini harus dicatat oleh bahagian kartu persediaan bahan baku berdasarkan dokumen sumber ; Laporan pengiriman bahan dan memo debit yang akan mengurangi persediaan bahan baku
2. Prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku
Bagian produksi yang membutuhkan bahan, mengisii bukti permintaan bahan sebanyak 3 lembar. Setelah bukti permintaan bahantersebut diotorisasi oleh yang berwenang, 3 lembar bukti permintaan bahan tersebut dibawah kebagian gudang.
Bagian gudang menyiapkan bahan baku sesuai dengan yang tercantum dalam bukti permintaan bahan dan menyerahkannya pada bagian produksi yang membutuhkannya. Bagian gudang mengisi jumlah bahan baku yang diserahkan pada kolom “diserahkan” dalam bukti permintaan bahan dan setelah diotorisasi oleh kepala bagian gudang, 3 lembar bukti permintaan bahan tersebut oleh bagian gudang dibagikan sebagai berikut :
• Lembar 1 bagian akuntansi persediaan
• Lembar 2 arsip begian gudang
• Lembar 3 diserahkan kembali kepada bagian produksi yang meminta bahan baku bersaman dengan penyerahan bahan baku.
Bagian gudang mencatat pemakaian bahan baku ini di dalam kartu gudang pada kolom “dipakai” dan mencatatnya pula pada kartu bahan. Bagian akuntansi pesediaan menerima bukti permintaan bahan lembar 1 dari bagian gudang, kemudiaan mengisi informasi harga satuan dan menghitung serta mencantumkan jumlah harga pokok bahan baku yang dpakai dalam bukti permintaan bahan tersebut. Informasi mengenai harga satuan diperoleh dari kartu harga pokok persediaan bahan baku yang bersangkutan.
3. Metode pencatatan biaya bahan baku
Ada 2 macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam proses produksi yaitu:
1. metode mutasi persediaan (Perfectual Inventory Methode)
2. metode persediaan fisik (Physical Inventory Methode)
Dalam metode mutasi persediaan setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu persediaan bahan baku. Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persedian bahan baku dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya bahan baku karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Untuk mengetahui berapa biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi, harus dilakukan dengan cara menghitung sisa persediaan bahan baku yang masih ada digudang pada akhir periode akuntansi. Harga pokok persediaan ditambah dengan harga pokok bahan baku yang dibeli selama periode dikurangi dengan harga pokok persediaan bahan baku pada akhir periode merupakan biaya bahan baku yang dipakai dalam proses produksi selama periode yang bersangkutan.
Proses pengelolaan kartu persediaan bahan baku yang diuraikan pada bagian pertama dirancang untuk perusahan Industri sebagai modal. Oleh karena itu hal hal yang diperhatikan dalam proses pengelolaan kartu persediaan bahan baku terdiri dari jaringan prosedur sebagai berikut :
1. prosedur pencatatan pembelian persediaan bahan baku
2. proses pencatatan pengembalian persediaan bahan baku ke pemasok
3. proses pencatatan persediaan bahan baku yang dikeluarkan/dipakai dalam proses produksi
Dalam proses pembalian bahan baku selain dicatat pada akun persediaanbahan baku juga dicatat diakun pembantu persediaan yang disebut kartu persediaan bahan baku berdasarkan dokumen sumber ; order pembelian, faktur dari pemasok, dan laporan penerimaan bahan.
Bahan baku yang dibeli setelah diteliti, ternyata ada yang tidak sesuai/ rusak akan dikembalikan ke pemasok/ penjual. Proses pengembalian bahan ini harus dicatat oleh bahagian kartu persediaan bahan baku berdasarkan dokumen sumber ; Laporan pengiriman bahan dan memo debit yang akan mengurangi persediaan bahan baku
2. Prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku
Bagian produksi yang membutuhkan bahan, mengisii bukti permintaan bahan sebanyak 3 lembar. Setelah bukti permintaan bahantersebut diotorisasi oleh yang berwenang, 3 lembar bukti permintaan bahan tersebut dibawah kebagian gudang.
Bagian gudang menyiapkan bahan baku sesuai dengan yang tercantum dalam bukti permintaan bahan dan menyerahkannya pada bagian produksi yang membutuhkannya. Bagian gudang mengisi jumlah bahan baku yang diserahkan pada kolom “diserahkan” dalam bukti permintaan bahan dan setelah diotorisasi oleh kepala bagian gudang, 3 lembar bukti permintaan bahan tersebut oleh bagian gudang dibagikan sebagai berikut :
• Lembar 1 bagian akuntansi persediaan
• Lembar 2 arsip begian gudang
• Lembar 3 diserahkan kembali kepada bagian produksi yang meminta bahan baku bersaman dengan penyerahan bahan baku.
Bagian gudang mencatat pemakaian bahan baku ini di dalam kartu gudang pada kolom “dipakai” dan mencatatnya pula pada kartu bahan. Bagian akuntansi pesediaan menerima bukti permintaan bahan lembar 1 dari bagian gudang, kemudiaan mengisi informasi harga satuan dan menghitung serta mencantumkan jumlah harga pokok bahan baku yang dpakai dalam bukti permintaan bahan tersebut. Informasi mengenai harga satuan diperoleh dari kartu harga pokok persediaan bahan baku yang bersangkutan.
3. Metode pencatatan biaya bahan baku
Ada 2 macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam proses produksi yaitu:
1. metode mutasi persediaan (Perfectual Inventory Methode)
2. metode persediaan fisik (Physical Inventory Methode)
Dalam metode mutasi persediaan setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu persediaan bahan baku. Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persedian bahan baku dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya bahan baku karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Untuk mengetahui berapa biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi, harus dilakukan dengan cara menghitung sisa persediaan bahan baku yang masih ada digudang pada akhir periode akuntansi. Harga pokok persediaan ditambah dengan harga pokok bahan baku yang dibeli selama periode dikurangi dengan harga pokok persediaan bahan baku pada akhir periode merupakan biaya bahan baku yang dipakai dalam proses produksi selama periode yang bersangkutan.
Macam-macam metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi diantaranya adalah :
a. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama ( MPKP )
Metode MPKP menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok persatuan
a. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama ( MPKP )
Metode MPKP menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok persatuan
bahan baku yang pertama masuk dalam gudang digunakan untuk menetukan untuk menentukan
harga bahan baku yang pertama kali dipakai.
b. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama ( MTKP )
Metode MTKP menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dengan
b. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama ( MTKP )
Metode MTKP menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dengan
anggapan bahwa harga pokok persatuan bahan baku ang terakhir masuk dalam persediaan gudang,
dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi
c. Metode rata-rata bergerak ( Average Methode )
c. Metode rata-rata bergerak ( Average Methode )
Dalam metode ini persediaan bahan baku yang ada digudang dihitung harga pokok rata-ratanya dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok persatuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada digudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata persatuan yang baru. Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah satuan bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata-rata persatuan bahan baku yang ada digudang. Metode ini disebut pula dengan metode rata-rata tertimbang, karena dalam menghitung rata-rata harga pokok persediaan bahan baku metode ini menggunakan kuantitas bahan baku sebagai angka penimbangnya.
Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi akibat pembelian dan pemakaian dicatat dalam buku jurnal sebagai berikut :
1. Pembelian bahan baku
a. Metode Perpektual
Persediaan Bahan baku Rp. XX
Kas/hutang dagang Rp. XX
b. Metode Fisik
Pembelian bahan baku Rp. XX
Kas/Hutang dagang Rp. XX
2. Pemakaian Bahan Baku
a. Metode Perpektual
Barang dalam proses biaya bahan baku Rp. XX
Persediaan bahan baku Rp. XX
b. Metode fisik
Tidak dijurnal, karena pemakaian bahan baku dapat diketahui apabila persediaan akhir bahan
baku sudah diketahui pada akhir periode
Contoh :
PT. Lembayung merupakan perusahan industri yang bergerak dalam bidang pembuatan
tempe yang mempunyai data persediaan bahan baku berupa :
Kacang kedele kualitas A pada tanggal 1 Agustus 2005 terdiri dari :
- 5000 Kg. @Rp.2.000,- = Rp.10.000.000,-
- 7000 Kg. @Rp. 2.050,- = Rp.14.350.000,-
Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan agustus 2005 adalah sebagai
berikut :
Agustus 5, Pembelian 10.000 Kg @Rp.2.100
7, Pemakaian 6.000 Kg
12, Pemakaian 9.000 Kg
19, Pembelian 12.000 Kg @Rp.2.000,-
20, Pemakaian 7.500 Kg
Berdasarkan contoh soal diatas, dapat dikerjakan dengan metode :
1. Metode Perpektual
KARTU PERSEDIAAN
Metode : MPKP
Jadi harga pokok bahan baku yang dipakai untuk proses produksi sebesar Rp.46.390.000,-
KARTU PERSEDIAAN
Metode : MTKP
Jadi harga pokok bahan baku yang dipakai untuk proses produksi sebesar Rp.46.700.000,-
KARTU PERSEDIAAN
Metode : Rata-Rata Bergerak
Jadi harga pokok bahan baku yang dipakai untuk proses produksi sebesar Rp.46.374.150,-
2. Metode Fisik
a. Metode MPKP
Perhitungan harga pokok persediaan akhir bahan baku :
- 11.500 Kg @Rp.2.060 =Rp.23.690.000,-
Jadi harga pokok bahan baku yang dipakai untuk proses produksi dihitung sebagai berikut :
Persediaan awal :
-5.000 Kg @Rp.2.000,- =Rp.10.000.000,-
-7.000 Kg @Rp.2.050,- =Rp.14.350.000,-
Rp.24.350.000,-
Pembelian :
- 5 Agustus 10.000 Kg @Rp.2.100,- =Rp.21.000.000,-
- 19Agustus 12.000 Kg @Rp.2.060,- =Rp.24.720.000,-
Rp.45.720.000,-
=============
Bahan baku siap diproduksi Rp.70.070.000,-
Persediaan akhir Bahan baku (Rp.23.690.000,-)
=============
Harga pokok bahan baku yang diproduksi Rp.46.380.000,-
b. Metode MTKP
Perhitungan harga pokok persediaan akhir bahan baku :
-5.000 Kg @Rp.2.000,- =Rp.10.000.000,-
-6.500 Kg @Rp 2.050,- =Rp 13.325.000,-
=============
Rp 23.325.000,-
Jadi harga pokok bahan baku yang dipakai untuk proses produksi dihitung sebagai berikut:
Persediaan awal bahan baku Rp 24.350.000,-
Pembelian total Rp 45.720.000,-
=============
Bahan baku siap diproduksi Rp 70.070.000,-
Persedian akhir bahan baku (Rp 23.350.000,-)
=============
Harga pokok bahan baku yang diproduksi Rp 46.645.000,-
c. Metode Rata-Rata Bergerak
Perhitungan harga pokok persediaan akhir bahan baku :
Perhitungan harga pokok rata-rata:
Persediaan awal 5.000 Kg @Rp 2.000,- = Rp 10.000.000,-
7.000 Kg @Rp 2.050,- = Rp 14.350.000,-
Pembelian 5 Agustus 10.000 Kg@Rp.2.100,- = Rp.21.000.000,-
19Agustus 12.000Kg @Rp.2.060,- = Rp.24.720.000,-
======== =============
34.000.Kg Rp.70.070.000,-
Harga pokok rata-rata per kg =Rp.70.070.000,- : 34 Kg =Rp.2.060,88/kg
Jadi harga pokok persediaan akhir bahan baku sebesar :
11.500 Kg @Rp.2.060,88 =Rp.23.700.120,-
Jadi harga pokok bahan baku yang dipakai untuk proses produksi adalah sebagai berikut :
Persediaan awal bahan baku Rp 24.350.000,-
Pembelian total Rp 45.720.000,-
=============
Bahan baku siap diproduksi Rp 70.070.000,-
Persedian akhir bahan baku (Rp 23.700.120,-)
=============
Harga pokok bahan baku yang diproduksi Rp 46.369.880,-
4. Laporan Ikhtisar persediaan bahan baku
Laporan Ikhtisar persediaan bahan baku adalah laporan yg menyajikan sisa atau saldo persediaan akhir bahan baku dari kartu persediaan untuk masing- masing bahan pada suatu periodi tertentu. Laporan ini disusun atas dasar jenis dan jumlah bahan yg tercantum dalam kartu persediaan bahan baku. Kartu persediaan barhan baku merupakan buku pembantu yg berisi informasi baik mengenai kuantitas maupun harga pokok persediaan bahan baku . Kartu persediaan ini digunakan utk mencatat mutasi persediaan dan saldo tiap jenis persediaan baik kuantitas maupun harga pokoknya.
Contoh Formuler Kartu Persediaan adalah sbb :
Dari catatan saldo kartu persediaan, kemudian dibuat Laporan Persediaan Bahan Baku. Adapun contoh format Laporan Persediaan Bahan baku adalah sebagai berikut :
PT………… :
Bulan :
Bulan :
Rangkuman.
Metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam proses produksi meliputi meode mutasi persedian dan metode persediaan fisik. Untuk menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi digunakan beberapa metode yaitu, metode MPKP, MTKP dan rata-rat bergerak . Pada akhir periode disusun laporan ikhtisar persediaan bahan baku. Laporan persediaan bahan baku dapat digunakan pada semua metode pencatatan, baik secara fisik atau perpectual. Laporan ini disusun atas catatan saldo kartu Persediaan bahan baku berdasarkan jenis dan kuantitas barang pada suatu periode tertentu